Kukibarkan Dikau Sang Dwi Warna
Kuikat pelan-pelan
Pada bambu-bambu tua
Yang kuambil dari penyanggah
Sisa-sisa bangunan kota
Kutancapkan
Kutegakkan
Kukibarkan
Tak terhitung volume darah yang tumpah
Tak terbilang jumlah nyawa melayang
Telah banyak anak menjadi yatim
Sudah jamak istri terpaksa sendiri
Supaya kau hadir di bumi pertiwi ini
Tak terkira nikmat terasakan karena kehadiranmu
Petani tak takut lagi kesawah
Nelayan tak khawatir lagi melaut
Para pedagang tak was-was lagi dirampas
Para Ibu sudah biasa menyusui anaknya dengan tenang
Musafir bebas berkelana kemana saja dengan aman
Anak-anak bisa Bersekolah
Bermain dengan riuh
Para wanita tak terbatas menuntut ilmu
Para lelaki leluasa mencari nafkah
Sungguh nikmat alam merdekamu
Namun kini
Negeriku kembali diuji
Corona datang mengkuliti
Segala aktivitas berubah kini
seumpama penjajah, corona menjarah semua sisi
Anak-anak tak bisa bercengkrama di sekolah
Guru tak dapat berjumpa dengan muridnya
Para suami kesulitan mencari nafkah
Para pekerja kena PHK
Banyak usaha gulung tikar
Lapangan kerja tertutup sudah
Lalu haruskah pasrah dan menyerah?
Merdeka yang telah diraih dengan susah payah
Harus diisi dengan usaha yang pantang menyerah
Merdeka berarti bebas berkreasi
Merdeka berarti bebas berkarya
Merdeka berarti bebas berinovasi
Merdeka berarti tidak terbelenggu oleh keadaan
Merdeka berarti mengalahkan segala keterbatasan
Merdeka berarti bangkit dari keterpurukan
Bangsaku yang kuat pasti dapat melewati ujian ini
Dengan saling bahu membahu
Menjaga keselamatan diri, orang lain dan bangsa ini
Jangan egois, jangan tak sabar
Karena para pejuang lebih lama berjuang
agar sang dwi warna berkibar di negeri ini
Jangan buat negeri kita dijajah lebih lama
oleh sang Corona
Dirgahayu 75 Tahun Indonesiaku
Semakin Jaya dan Maju Negeriku
Maafkan aku yang sering berkeluh kesah
Maafkan aku yang tak pandai berterimakasih
Maafkan aku yang hanya bisa menghargaimu sesederhana ini
Untuk Dikau sang Dwi warna
0 komentar